Langkah Ragu yang Membawa Makna

Awalnya, tak pernah terbesit dalam fikiranku untuk ikut program sambang sekolah ini. Hingga suatu hari, pengumuman rekrutmen relawan muncul di beberapa story media sosial teman-teman online-ku. Aku jadi penasaran—kok banyak yang repost ya? Apa seseru itu jadi relawan di Compok Literasi? Akhirnya, aku mulai mencari tahu tentang program ini melalui akun Instagram mereka. Setelah cukup lama mencari tahu, rasa ketertarikan itu muncul.
Namun, aku tidak langsung mendaftar. Lebih lanjut aku masih bertanya-tanya dulu kepada temanku yang pernah terlibat Sambang Sekolah sebelumnya, untuk memastikan apakah program ini memang seasyik itu. Hehe. Dua hari kemudian, aku akhirnya mendaftar sebagai relawan reguler.
Singkat cerita, setelah penantian yang cukup lama, akhirnya kami mengadakan pertemuan pertama yang mereka sebut onBoarding Relawan, yang menurutku cukup mengesankan. Untuk kesan pertama, suasananya terasa menyenangkan.
Kemudian tanya itu kembali muncul, “Apakah saya akan lanjut?” lalu saya berusaha menepis keraguan itu dalam hati, sembari menyakinkan diri “Tentu harus lanjut dong!.”
Pertemuan berikutnya diadakan khusus untuk para relawan yang baru bergabung. Dalam pertemuan ini, kami membahas RKSS (Rencana Kegiatan Sambang Sekolah). Sebelum itu, ternyata harus memilih koordinator dulu, dan aku terpilih! Ya sudah, mau bagaimana lagi, ya kan? Sudah terlanjur cinta sama programnya, eh, maksudnya dipercaya. Hehe. Setelah koordinator terpilih, barulah RKSS dibahas sampai selesai.
Tugas belum selesai sampai di sini. Kami juga mengadakan latihan untuk mempraktikkan RKSS di hadapan kakak-kakak dari Compok. Kami biasa menyebutnya BTOV—aku lupa kepanjangannya apa. Setelah sesi BTOV dan penentuan jadwal selesai, kami tinggal menunggu hari pelaksanaan.

Hari Pertama di Sekolah
Saat pertama kali ke sekolah, aku merasa penasaran: bakal seru nggak, ya? Ternyata seru banget! Meski begitu, aku sempat kesulitan saat menyapa adik-adik di sana. Penjelasanku sempat berbelit-belit, mungkin karena belum terbiasa. Tapi katanya, kalau sering dilakukan, lama-lama juga akan lancar.
Momen pertama ini sangat berkesan bagiku. Salah satunya ketika seorang siswa bahkan mengajakku foto bersama. Wah, rasanya seperti jadi idola, wkwk.
Pengalaman di Episode-Episode Berikutnya
Dari episode 1 hingga episode 3, kegiatan kami kurang lebih sama. Sebelum Sambang Sekolah, kami selalu membuat Rencana Kegiatan Sambang Sekolah (RKSS), tentunya dengan inovasi baru di setiap episodenya.
Namun, episode 4 terasa berbeda dan menarik. Siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi kreativitas mereka dengan membuat pojok baca. Dalam kegiatan ini, siswa dan relawan Compok Literasi berkolaborasi dalam kelompok untuk menciptakan karya yang unik. Interaksi antara kami dan siswa berlangsung hangat, seperti teman akrab. Kami saling bertukar ide dan saling melengkapi satu sama lain.

Aku melihat mereka sangat bersemangat setiap kali kami, para relawan, hadir di sana. Entah karena kami memang asyik atau karena para kakak relawannya cantik dan ganteng, wkwk. Tapi ada satu hal yang membuatku sedikit miris. Ketika kami bertanya kepada mereka, “Apa cita-citamu?” banyak yang menjawab, “Tidak tahu, Kak. Intinya mau kerja aja.”
Jawaban ini membuat kami, para relawan, langsung berdiskusi. Kami merasa perlu membahas pentingnya merencanakan masa depan sejak dini. Ada satu kata bijak yang kami jadikan pegangan: “Merencanakan masa depan sama halnya dengan membuat jalan menuju kesuksesan.” atau senada dengan apa yang dikatakan Benjamin Franklin, “Gagal merencanakan sama saja dengan merencanakan kegagalan”
Kami sadar, kurangnya dorongan dari lingkungan—baik orang tua maupun sekolah—bisa menjadi alasan mengapa mereka tidak memiliki cita-cita. Aku berharap pihak sekolah dapat lebih menggali potensi siswa dan memberikan motivasi kepada mereka untuk meraih mimpi-mimpi mereka. Pengalaman ini menyadarkanku betapa pentingnya support system untuk menunjang semangat anak-anak dalam belajar.
Puncak Kegiatan di Episode 6
Episode demi episode berlalu, hingga tiba di episode 6, yang menjadi puncak pertemuan kami. Pada akhirnya, kami harus berpisah.
Bagi aku, kegiatan Sambang Sekolah ini memberikan banyak pelajaran. Bukan hanya soal menanamkan pentingnya pendidikan atau mengenalkan wajah baru dalam proses pembelajaran. Lebih dari itu, aku belajar bagaimana menjadi pendidik yang kehadirannya menyenangkan dan dirindukan oleh siswa.
Jika bicara jangka panjang, mungkin pengalaman ini akan menjadi bekal yang bermanfaat bagi kami, terutama saat kelak mendidik anak-anak kami sendiri. Hehehe
Harapanku, kegiatan peduli pendidikan seperti ini harus terus ada. Kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi? Oh iya, sebagai ketua rombongan Sambang Sekolah 5, aku ingin meminta maaf kepada para relawan lainnya. Aku merasa belum memberikan dukungan yang cukup untuk kalian. Maaf, ya? Maafin, dong! Hehe
Tentang Penulis
Aku M. Holili, aku dari Proppo Pamekasan, terlahir di desa kecil di Proppo yakni di desa Banyubulu. Banyak hal yang aku sukai termasuk (kamu) eh, iya kamu Compok Literasi. Aku orangnya si suka traveling, olahraga dan makan hehee. Jika mau lebih tau tentangku langsung DM aja ke Instagramku di holili27_