Ada Waktu di Usaha

Ada Waktu di Usaha

Tak ada kesempurnaan; yang ada usaha tekun,

W.S Rendra

Keinginan untuk menjadi sempurna bukan suatu kesalahan. Sudah lumrah jika seseorang menginginkan yang terbaik. Namun, melupakan proses dan hal yang harus ditempuh, adalah suatu kekeliruan yang besar.

Saya sering mendengarkan seorang teman, yang mahir dalam suatu bidang, bercerita kekesalannya terhadap orang yang hanya melihat dirinya dalam wujud pencapaiannya. Lalu dengan santai dan penuh harap, meminta trik-trik khusus untuk bisa melakukan hal serupa.

“Saya bukan tidak ingin berbagi, tapi mencapai sesuatu itu tidak mudah, butuh tekun. Dan, kadang orang-orang melupakan itu, pengen instan, dan terjadi begitu saja. Mereka tidak tahu, bahwa butuh banyak hal dan waktu untuk menebus pencapaian ini,” ketusnya.

Berharap langsung sempurna. Itu, yang sering kali menjadi penghalang utama dalam menggapai impian. Banyak di antara kita, termasuk saya, yang langsung insecure, dan enggan mengulang usaha yang kita lakukan, lantaran hasil tidak seperti yang diharapkan. Lalu, memilih berkata, “aku tidak bisa seperti kamu”. Dan, menguatkan dengan, “ya, sudahlah. Mungkin kita punya kelebihan masing-masing.”

Saya sering menggunakan kalimat itu. Merasa bahwa seseorang punya kelebihan masing-masing. Kalimat itu yang seakan menjadj penguat atas kegagalan yang saya lakukan. Padahal tidak. Itu, melemahkan. Itu adalah kalimat yang lahir dari rasa putus asa.

Dalam hal skill, dunia tulis, seni atau semacamnya, semisal. Dahulu, saya sering menganggap bahwa diri saya tidak bisa menulis. Itu, terjadi ketika saya susah menyusun kalimat awal. Padahal ide yang ingin ditulis sudah terekam di otak. Yang terjadi hanyalah tulis-delete, tulis-delete. Dan, begitu seterusnya.

Lalu, AS Laksana menyadarkan saya bahwa menulis dan mengedit, dua pekerjaan yang berbeda. Tidak, seharusnya dilakukan dalam waktu bersamaan.

Namun demikian, setelah menulis satu kalimat, satu paragraf, bahkan satu tulisan, kadang merasa belum yakin bahwa memiliki bakat tentang itu. Ketika membandingkan dengan tulisan teman, ternyata tulisan saya masih buruk. Kurang ini, kurang itu, belum seperti ini, itu dan lainnya. Lalu, berpikir bahwa saya benar-benar tidak bisa menulis.

Kasus serupa, barangkali sering terjadi pada kita, meski tidak dalam hal menulis, misal menari, berbicara di depan umum, edit video dan lainnya. Ketika semua yang kita lakukan tidak berbuah manis seperti yang diharapkan, kita langsung menyerah dan berpikir tidak bisa melakukannya.

Padahal tidak demikian. Jika kita memikirkan ulang, bahwa sudah ada progres dalam diri kita, ada kemajuan secara perlahan-lahan. Dari awalnya tidak bisa membuat kalimat pertama, menjadi bisa. Awalnya tidak bisa membuat paragraf, lalu menjadi bisa. Dan demikian, hingga menghasilkan satu tulisan.

Seorang sahabat yang tulisannya sudah dimuat di berbagai media, mengakui, bahwa dirinya juga melalui tahapan itu di waktu lalu. Ada waktu di setiap usahanya. Ia terus berusaha, hingga ia mencapai target yang ditentukannya. “Kalau terbit di media, butuh 3-4 tahun.”

Memang hidup ini begitu realistis, ada pertukaran di setiap keinginan. Untuk membangun dan mengembangkan sesuatu butuh waktu. Dalam pepatah China disebutkan, bahwa ada dua waktu menanam pohon yang baik; pertama, dua puluh tahun lalu, agar saat ini bisa menikmatinya; dan, waktu yang kedua adalah sekarang.

Kita tidak bisa hidup dalam dunia khayalan, layaknya adik-adik kecil. Mereka sangat menyimak ketika menonton Power Rangers, Balveer, Shiva atau beberapa tokoh anime super lainnya. Ketika tontonannya sudah habis, adik itu menirukan gaya-gaya yang dilakukan tokohnya. Mereka berimajinasi menjadi tokoh itu. Menendang-nendang angin, berbicara bahkan teriak-teriak dengan kalimat ancaman. Dan, bahagia dengan semua itu.

“Tak ada kesempurnaan; yang ada usaha tekun, ungkapan yang total, dan integritas,” kata Rendra dalam buku, Memberi Makna Pada Hidup yang Fana.

Ditulis oleh Baitur Rahman | Jumat, 9 April 2021
*Sekadar mencatat bacaan, lalu menuliskan, menafsirkan secara sepihak. Tak berarti ini adalah inti dari bacaannya. Hehee

Anak magang yang suka melihat kehidupan yang sederhana, katanya, "semua perlu dirayakan!"


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *