Dari Sini Semua Cerita Itu Dimulai!

Dari Sini Semua Cerita Itu Dimulai!

Saya tidak pernah terpikir untuk terlibat dalam kegiatan sosial seperti ini. Namun, setelah mendengar cerita tentang Sambang Sekolah dari Habib, yang saat itu menjadi Ketua Relawan Sambang Sekolah 4 pada tahun 2023, saya merasa tertarik untuk ikut serta. Kegiatan ini terdengar cukup menarik, dan saya ingin mencobanya.

Singkat cerita, ketika pendaftaran Relawan Sambang Sekolah 5 dibuka pertengahan tahun 2024, saya langsung mendaftarkan diri sebagai bagian dari tim dokumentasi tanpa banyak pertimbangan. Alhamdulillah, saya diterima. Saat melakukan registrasi melalui Google Form dari Compok Literasi, ada dua pilihan: menjadi relawan penggerak atau relawan dokumentasi. Saya memilih dokumentasi, karena saya suka mengabadikan momen lewat foto dan video. Berbeda dengan dokumentasi, saya merasa kurang percaya diri berkontribusi sebagai penggerak karena keterbatasan kemampuan saya di bidang itu, hehe

Tahap awal sebelum kegiatan dimulai adalah on-boarding Sambang Sekolah 5, yang diadakan di basecamp Compok Literasi di Bangkes, Kadur, Pamekasan, tak jauh dari rumah saya. Perjalanan menuju lokasi cukup menantang, sekitar 20 menit melewati jalan yang belum tersentuh pembangunan. Namun, begitu sampai di sana, rasa lelah langsung hilang. Basecamp ini seperti perpustakaan mini, penuh dengan buku-buku yang tersusun rapi.

Di kegiatan on-boarding, saya bertemu wajah-wajah baru sekaligus beberapa teman lama. Kami saling berkenalan dan mendapatkan penjelasan tentang mekanisme kegiatan Sambang Sekolah 5. Ada presentasi dari Mas Ari, pendiri Compok Literasi, serta Habib sebagai manajer program. Salah satu poin penting yang disampaikan adalah tantangan utama yang akan dihadapi: rendahnya motivasi belajar siswa. Selain itu, saya juga belajar beberapa istilah khas Compok Literasi, seperti BTOV (Basic Training of Volunteer) dan Buku Lalampa.

Kesan Perjumpaan Pertama

Kegiatan Sambang Sekolah ini akan dilaksanakan dalam enam pertemuan selama kurang lebih tiga bulan. Kami menyebut setiap pertemuan sebagai “episode,” mungkin biar seperti serial film, hehe. Sampailah pada BTOV pertama, yang selalu diadakan sebelum episode dimulai. Pada episode pertama, tema yang diangkat adalah pentingnya pendidikan.

Diskusi tentang materi dan metode pengajaran berlangsung sangat seru. Meskipun jelas saya sebagai Relawan Dokumentasi, namun teman-teman dengan iseng menunjuk saya sebagai penyampai materi utama. Ya ampun!, Saya cukup terkejut karena mendapat peran tersebut. Meski berbicara di depan umum sudah menjadi keseharian saya, tantangannya kali ini adalah menyampaikan materi dengan gaya bercerita, bukan hanya teori.

Singkat cerita, tibalah pada episode pertama. Saya cukup terkejut karena sekolah yang kami kunjungi terletak di tengah kota Pamekasan. Nama lembaganya adalah Pondok Pesantren Al-Kautsar. Berdasarkan briefing yang kami diskusikan sebelumnya, ternyata benar, jumlah siswa di SMA Al-Kautsar ini cukup sedikit, padahal terletak di tengah kota. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya sebagai relawan, dan merupakan hal yang sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut.

Episode pertama Sambang Sekolah 5 ini sangat berkesan bagi saya, karena saya diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman pribadi dengan para siswa. Kebetulan, saya juga lulusan pesantren dan pernah merasakan hidup di pondok. Saya merasa pengalaman ini bisa membantu saya lebih dekat dengan para siswa, karena kami memiliki latar belakang yang sama.

Ketika berbicara di depan siswa-siswa di Pondok Pesantren Al-Kautsar, saya merasa seperti melihat versi lebih muda dari diri saya sendiri. Saya bisa memahami tantangan dan keunikan kehidupan pesantren, dari bagaimana caranya membagi waktu antara belajar akademik dan agama, hingga bagaimana belajar hidup mandiri dan saling membantu antar teman. Pengalaman-pengalaman ini yang saya sampaikan kepada mereka, harapannya bisa memberikan semangat dan pandangan baru tentang pentingnya pendidikan dan persiapan menghadapi masa depan.

Saya juga berbagi cerita tentang bagaimana kehidupan di pesantren tidak hanya membentuk kemampuan akademik dan agama, tetapi juga memperkaya pengalaman sosial dan membangun karakter yang kuat. Melalui cerita ini, saya ingin mereka melihat bahwa kehidupan pesantren bisa menjadi bekal berharga dalam meraih cita-cita, baik di bidang agama maupun bidang lainnya.

Bertemu dengan para siswa ini, berbagi cerita, dan melihat respons mereka yang penuh antusiasme membuat episode pertama ini terasa sangat istimewa. Saya berharap pengalaman yang saya sampaikan bisa memberikan manfaat dan inspirasi bagi mereka, sebagaimana masa-masa di pesantren dulu juga memberikan banyak pelajaran berharga bagi saya. Kebetulan dari 6 episode yang dilaksanakan, saya hanya bisa mengikuti episode satu, empat dan episode terakhir.

Dan pada episode keempat, kami mengadakan kegiatan kreatif bersama para siswa, yaitu membuat pojok baca dari kardus. Tujuannya sederhana: memberikan ruang bagi mereka untuk berkreasi, sekaligus menumbuhkan minat baca dengan cara yang menyenangkan dan melibatkan langsung.

Sebelum memulai, kami membagikan kardus yang telah disiapkan dan memberikan penjelasan singkat mengenai konsep pojok baca. Kami ingin siswa merasa memiliki ruang baca ini, meskipun sederhana. Selama proses pembuatan, suasana kelas dipenuhi semangat dan canda tawa. Ada yang mengecat kardus dengan warna-warna cerah, menambahkan gambar atau tulisan inspiratif, hingga menghiasnya dengan kreatif.

Hasil akhirnya sangat beragam dan penuh kreativitas. Melihat hasil karya mereka, kami merasa bangga. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kreativitas, tetapi juga menciptakan rasa kepemilikan dan kebanggaan pada siswa. Kami berharap pojok baca ini menjadi awal yang baik untuk menumbuhkan kebiasaan membaca dalam keseharian mereka.

Kegiatan Sambang Sekolah 5 ini memberikan pengalaman yang sangat berkesan bagi saya. Setiap episode menawarkan tantangan dan cerita unik yang tidak hanya menginspirasi siswa, tetapi juga saya sebagai relawan. Melihat semangat dan kebersamaan mereka, saya merasa haru sekaligus bangga. Dengan ide sederhana seperti membuat pojok baca, kami bisa mendorong siswa untuk mencintai buku dan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.

Saya berharap program ini tidak berhenti sampai di sini. Semoga pojok baca yang mereka buat menjadi tempat mereka mengeksplorasi ilmu pengetahuan dan membuka wawasan baru. Lebih jauh lagi, saya berharap kegiatan seperti ini bisa terus menginspirasi lebih banyak komunitas dan sekolah untuk mendukung minat baca anak-anak sejak dini. Membaca adalah kunci membangun generasi yang cerdas dan kritis.

Teruslah berkarya, dan jangan pernah berhenti bermimpi!

Tentang Penulis 
Saya Achmad Fahrizal seorang pembelajar yang menykai desain, seni visual foto maupun videografi serta ketertarikan pada penghayatan ilmu pengetahuna :)

https://compokliterasi.org

Yang ngurusin konten medianya Compok Literasi! share hal-hal menarik yang barangkali bisa menghibur kamu, syukur-syukur bisa bermanfaat :)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *