Jadi ceritanya begini, awal mula saya bergabung dengan program Sambang Sekolah 5 ini karena diajak seorang teman ke lapak baca Compok Literasi. Di sana, teman tersebut kemudian memberi tahu tentang program Sambang Sekolah dan dengan semangat menjak saya untuk mendaftar. Kebetulan waktu itu sedang pembukaan pendaftaran relawan. Setelah saya mendaftar, yang unik bin ngeselin, teman yang mengajak mendaftar malah tidak jadi mendaftar. “Oke lah, aman saja kalau begitu, meski dia nggak ikut!” tegas dalam hati saya.

Tentunya keinginan saya untuk bergabung tetap kuat. Saya teringat ucapan Najwa Shihab saat ospek dulu, “Jadilah mahasiswa yang adaptif dan produktif.” Motivasi itu terus terngiang, dan kebetulan saya sudah lepas dari semua organisasi yang selama ini saya ikuti. Jadi, saya memutuskan untuk berpartisipasi di program Sambang Sekolah 5 untuk mengisi kekosongan dengan kegiatan yang lebih produktif.

Setelah sekian tahun akhirnya saya bisa berinteraksi kembali dengan para siswa di pamekasan. Selain itu siswa di sana sangat antusias karena penasaran dengan orang baru, dari situlah saya menemukan beragam karakter siswa. Di sisi lain juga dengan para guru yang sangat terbuka dan siap membantu jika ada hal-hal yang diperlukan. Dengan beragamnya siswa mulai dari tingkah ke unikan si fely sampai tingkah rajin si muhibbah, namun saya menemukan salah satu siswa yang hobinya suka menghitung yaitu dita dan saya sangat mengapresiasi hal itu.

Ada bebera keunikan siswa terumata laki-laki, mereka memiliki keunikan tersendiri diantaranya susah mengungkapkan kepercayaan dirinya di depan teman-temannya. Mulai dari situ saya mengambil Langkah pendekatan emosional kepada mereka, seiring berjalannya episode mereka mulai bermunculan potensi yang mereka miliki, mulai mengasah untuk mengungkapkan kepercayaan dirinya.

Semua kegiatan aku rasa menyentuh, namun tantangan yang paling berkesan bagi saya adalah momen merayu anak bernama Faris untuk lebih antusias mengikuti aktivitas yang kami lakukan. Saya merasa dia sebenarnya bisa, hanya saja belum menemukan caranya untuk terbiasa. Dengan pendekatan emosional yang intens, Faris mulai menunjukkan respons positif.

Selain itu, siswa lainnya bernama Dita, ia memiliki minat pada matematika seperti saya, sehingga saya memutuskan untuk mendampinginya belajar secara online. Ketika ia menemukan soal-soal yang belum terpecahkan, saya membantunya dengan menyuplai buku-buku matematika.

Kesederhanaan siswa SMA Al Kautsar membuat saya terinspirasi untuk melakukan sesuatu dengan sesederhana mungkin, namun tetap berarti. Meski mereka memiliki keunikan masing-masing, mereka tetap menjaga akhlak dan nilai religius yang sangat baik. Dari sikap itu, saya belajar banyak hal yang dapat diadopsi dalam kehidupan sehari-hari.

Saya percaya, pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengguncang dunia. Melalui program ini, saya belajar bagaimana kita bisa mulai merakit senjata-senjata tertentu untuk membawa perubahan. Namun, perubahan besar hanya bisa tercapai jika kita memiliki kekompakan yang solid. Di Sambang Sekolah 5, saya merasakan bagaimana para relawan saling mendukung untuk menciptakan dampak nyata.

Tentu saja, dalam setiap perjalanan, ada harapan yang ingin terus kami jaga. Untuk program Sambang Sekolah ke depannya, semoga teman-teman relawan bisa lebih disiplin, lebih memprioritaskan kerja tim, dan menjaga semangat yang sama.

Untuk para siswa, semoga ilmu yang telah kami bagikan dapat bermanfaat dan terus mengalir. Tetap semangat, dan jangan lupa untuk menjaga komunikasi, karena jantung dari sebuah organisasi adalah komunikasi yang baik. Dengan komunikasi, semua tujuan bisa diraih bersama.

Tentang Penulis
Well aku Mohammad Irsyad Wira Saputra yang akrab disapa Irsyad atau iik, aku lahir di Pamekasan pada tanggal 02-Mei-2001, alamatku di jl masjid bagandan jungcangcang Pamekasan. Aku juga punya moto "jadilah orang yang berguna tanpa harus menampakkan diri", oh iyya funfact ku kenapa sih kok aku laper terus