Dibalik Kesulitan, Harus Ada Usaha

Hal sulit sekalipun bisa dilewati jika kita mau berusaha.
lfatul Nauliyah Hidayat
Ketakutan Pertama
Saat itu, overthinking benar-benar menguasai pikiran. Bayangkan, untuk pertama kalinya, aku harus berhadapan dengan siswa SMA, membawakan materi tentang “Pentingnya Sekolah.” Tapi, ironi besar menyeruak di kepala: Aku sendiri cuma lulusan SMA, apa aku pantas berbicara soal ini?
Pertanyaan itu terus mengganggu hingga muncul pikiran, “Kayaknya aku nggak cocok di sini.” Tapi, entah bagaimana, teman-teman relawan selalu punya cara untuk membuatku merasa lebih tenang. Mereka meyakinkan dengan satu kalimat sederhana, tapi sangat menenangkan, “Belajar nggak harus di bangku kuliah, belajar bisa di mana saja.”
Oke, mari kita coba. Meski ragu, aku akhirnya maju. Dan hasilnya? Yes, we did it!
Aku berhasil melewati ketakutan pertama itu. Sebuah perjalanan yang luar biasa berharga, terutama karena aku belajar mengenal kalian—para manusia baik yang terus mendukungku.
Pertemuan yang Menenggelamkan
Episode ini penuh ketidakpastian dan kekacauan kecil. Mulai dari game hingga materi, semuanya terasa tanggung. Bahkan, di pagi itu aku tiba-tiba ditunjuk jadi pemateri karena yang seharusnya mengisi mendadak tidak bisa hadir.
Rasanya seperti dilempar langsung ke kolam tanpa pelampung. Untungnya, kak Yuni, teman yang selalu siap sedia, mendampingiku di depan kelas. Tapi, siapa sangka, bukannya aku yang banyak berbicara, justru Bak Yunus yang sibuk memberikan wejangan. Aku jadi lebih banyak mendengarkan.
Yah, tidak apa-apa. Setiap pengalaman adalah pembelajaran. Episode ini mengajarkan satu hal: Mari belajar lebih baik lagi di episode berikutnya.
Kemudian pertemuan berkesan lainnya terjadi di episode 3. Sebab, pada pertemuan ini aku tidak hanya menjadi pengajar, tapi juga menjadi seorang pembelajar. Tugasku kali ini menurutku cukup mudah: menceritakan biografi tokoh inspiratif.

Itu yang membuat aku santai saja awalnya, karena sudah punya gambaran jelas tokoh siapa yang akan aku ceritakan. Namun, setelah berdiskusi dengan teman-teman, ternyata tokoh pilihanku dirasa kurang cocok untuk siswa-siswa di sini. Aku harus memutar otak. Akhirnya, aku memilih jalur aman dengan memilih penulis favoritku sendiri. Tapi, lagi-lagi, muncul pertanyaan: Inspirasi apa yang bisa diambil dari tokoh ini?
Salah satu teman menyarankan tokoh bernama Helen Keller. Saat itu, nama ini terdengar sangat asing bagiku. Malam itu juga, aku langsung melakukan marathon reading untuk mempelajari siapa Helen Keller. Aku membaca kisah hidupnya, perjuangannya, dan akhirnya mengerti betapa inspiratifnya dia.
Dan aku berhasil! Aku bisa menceritakan kisah Helen Keller dengan percaya diri di depan siswa. Terima kasih teman-teman yang telah percaya bahwa aku bisa. Kalian adalah penyemangat terbaikku pada episode ini.
Lalu pada episode 4, aku kita ini adalah episode paling no-effort. Ah, gampang ini. Cuma main kertas dan gunting aja, pikirku. Tapi, nyatanya, kesederhanaan itu malah berubah jadi tantangan besar.
Hari itu kami bekerja keras melawan waktu, berjuang untuk menciptakan sebuah karya bernama “Pojok Baca.” Sejak awal, kami semua tidak yakin bisa menyelesaikannya dengan waktu sesempit ini. Tapi, seiring waktu, kami terus bergerak, terus berusaha. Dan, seperti biasa, hasil akhirnya justru melampaui ekspektasi.
Di akhir, aku hanya bisa tersenyum dan berkata pada diriku sendiri: Hal sulit sekalipun bisa dilewati jika kita mau berusaha.
Menerbangkan Mimpi dan Harapan
Episode 5, adalah episode yang penuh dengan doa. Pada kesempatan ini kami berbagi tentang bagaimana mempersipakan diri menghadapi masa depan serta menyusun mimpi dan harapan masa depan. Aku sendiri hanya bisa berharap, apa yang mereka tuliskan di peta mimpi mereka dapat terwujud. Namun, jika takdir berkata lain, aku berharap semesta menggantinya dengan sesuatu yang jauh lebih baik.
Mimpi-mimpi itu adalah harapan yang tulus, yang aku yakin akan membawa mereka ke masa depan yang cerah.
Dan episode enam akhirnya datang. Pertemuan yang paling tidak aku harapkan, sebab artinya pertemuan ini adalah peryaan untuk berpisah dengan para siswa-siswi yang kami dampingi selama 3 bulan ini. Tapi aku tahu, ini bukan akhir dari pertemanan.
Hari itu penuh dengan rasa syukur. Kami berhasil menyelesaikan semuanya dengan baik. Di titik ini, aku hanya ingin berkata kepada dua pihak yang sangat berarti selama perjalanan ini:
Untuk para relawan SS5:
Kalian luar biasa. Terima kasih telah menjadi bagian dari perjalanan ini. Aku sayang kalian.
Untuk para siswa:
Terima kasih telah menerima kehadiran kami. Sampai jumpa di titik sukses kalian. Aku percaya, kalian akan menjadi versi terbaik dari diri kalian sendiri.
Setiap episode memiliki ceritanya sendiri, tantangannya sendiri, dan pelajarannya sendiri. Dari ketakutan awal hingga perpisahan, semuanya membentuk perjalanan yang tidak hanya memperkaya siswa, tapi juga memperkaya diriku sebagai relawan.
Perjalanan ini akan selalu menjadi kenangan manis, sebuah pengingat bahwa setiap langkah kecil yang kita ambil bersama-sama dapat menciptakan dampak besar. Terima kasih untuk semua yang telah menjadi bagian dari cerita ini.
Tentang Penulis
Aku ulfa, lahir dan besar di Pamekasan, Madura. Punya hobi baca dan suka sunset tapi gak suka keluar rumah buat liat sunset. Tipe anak rumahan banget kan!