Culture shock & Solusi Rendah Minat Baca

Terlepas dari perbedaan budaya, bagi saya setiap anak itu unik dan memiliki warna yang berbeda-beda.
Alasan awal bergabung menjadi relawan Sambang Sekolah ingin mencari kegiatan positif disela kesibukan bekerja. Menghabiskan waktu karena bosan dengan banyaknya pekerjaan. Apalagi saya juga baru pindah ke Madura jadi ingin lebih mengeksplorasi hal-hal baru di Madura. Dengan bergabung ke komunitas Compok Literasi, saya berharap dapat lebih mengenal budaya hidup di Madura.
Berbekal informasi di Instagram Compok Literasi, akhirnya ada sedikit gambaran tentang program ini. Cukup menarik bagi saya untuk melihat banyak perbedaan budaya saat saya menjadi relawan di Sambang Sekolah ini. Saya tumbuh dan besar di Jawa, terbiasa dengan budaya Jawa. Anak-anak yang saya hadapi sangat berbeda jauh dengan apa yang saya bayangkan.
Saya sangat beruntung dapat menyaksikan perbedaan budaya antara anak-anak di Madura dan Jawa. Hal ini menjadi perjalanan yang mendalam. The differences in their behaviors, traditions, and daily lives amaze me. It’s a cultural shock that goes beyond geography and reveals the richness of diversity in our country. Namun terlepas dari perbedaan budaya, bagi saya setiap anak itu unik dan memiliki warna yang berbeda-beda.
Bagi saya, anak-anak di Sambang Sekolah 4 bukan termasuk anak yang memiliki minat baca yang rendah. Namun memang ada beberapa hal yang menyebabkan mereka tidak banyak membaca. Berikut beberapa hal solusi yang ingin saya ajukan untuk kurangnya minat baca siswa;


SEKILAS TENTANG PENULIS!
Hay, saya Ana. Lahir di Magelang tapi lama tinggal di Jember, dan saat ini sedang tinggal di Pamekasan karena alasan bekerja dari senin sampai jumat sebagai ASN Penyuluh Pertanian Kecamatan Pegantenan. Hobi rebahan dan bermalas-malasan. Orang yg gampang bosan, jadi mood berubah ubah.