Mencari Jawaban di Sambang Sekolah

Mencari Jawaban di Sambang Sekolah

karena kebaikan yang sempat ditekan ke bumi akan selalu bangkit kembali. How long? Not long! ‘Cause what you reap is what you sow.

Habib

Apa yang manusia lakukan terkadang tidak selamanya adalah apa yang mereka rasakan, karena manusia itu lebih rumit dari teori-teori yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, mencoba mereset budi pekerti dan pola pikir dengan sangat hati-hati, mungkin saja akan menemukan jalan yang lebih stabil, menjadi manusia yang memanusiakan dengan baik, dan lebih bermanfaat — barangkali ini adalah prinsip yang sudah saya tanam dalam diri saya sejak akhir tahun 2019.

Sedari dulu, saya hidup di lingkungan manusia dengan berbagai macam budi pekerti dan pola pikir mereka. Pada agustus 2016, orang tua mengizinkan saya mengenyam pendidikan di sebuah kampus yang cukup menjadi impian anak muda di Madura, kampus negeri yang memiliki berbagai pencapain tingkat nasional, dengan fasilitas yang bagi saya sendiri sangat cukup pada waktu itu. Seiring berjalannya waktu, walaupun benar-benar sendirian, saya berusaha mengenal banyak manusia dengan karakter saya yang kaku. Sampai pada akhirnya saya diperkenalkan dengan suatu kelompok manusia yang mereka menyebutnya ‘organisasi’, dari situ lah saya bisa mendapatkan banyak pengalaman, baik kepemimpinan, toleransi, interaksi sosial, dan pendidikan.

Saya menyebutnya sebuah ‘Metode Tuhan’, ya betul! Titik di mana pendidikan saya di kampus akan segera berakhir, bercampur aduk dengan segala ketakutan pada kehidupan selanjutnya. Sampai akhirnya saya teringat kembali dengan perkataan bapak “kalau sampai kamu lepas dari sebuah pendidikan, kamu akan menjadi manusia yang selalu bingung tiap harinya”, ya itulah perkataan Bapak yang selalu saya ingat sampai saat ini. Walaupun bapak saya bukanlah orang tua yang berpendidikan tinggi, tapi secara tidak langsung dia mengingatkan saya pada apa yang Ki Hajar Dewantara katakan “Semua Tempat adalah Sekolah, Semua Orang adalah Guru”, maka dari situlah saya bertekad untuk selalu belajar di manapun dan pada siapapun, karena saya yakin kalau pendidikan yang baik itu tidak selalu tentang akademis, tapi bagaimana sebisa mungkin manusia bisa berproses untuk mengubah budi pekerti dan pola pikir menjadi lebih baik.

Menjadi Relawan adalah pilihan saya pada pertengahan tahun 2023, ya tepatnya menjadi relawan pendidikan dan sosial. Compok Literasi adalah komunitas yang saya pilih, karena memang selain Compok Literasi merupakan komunitas yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan, di situ juga saya bisa berekspresi sebebas mungkin dan bisa belajar tersenyum dengan baik. Compok Literasi diisi berbagai macam manusia dengan pesona mereka masing-masing, dan menariknya adalah mereka akan menganggap rekan-rekannya setara, tidak ada senioritas, pun gila hormat.

Compok Literasi setiap tahunnya mempunyai program wajib, kami menyebutnya ‘Sambang Sekolah’, yang sudah berjalan kurang lebih 5 tahun. Program ini ada sebagai bentuk jawaban dari berbagai macam permasalahan pendidikan yang ada di Madura, khususnya Pamekasan. Compok Literasi berusaha menjadikan Sambang Sekolah sebagai warna dan senyum baru untuk tiap sekolah yang membutuhkan perhatian lebih, khususnya di daerah pelosok. Sekolah yang kami pilih untuk melaksanakan program ini adalah sekolah yang ada di desa-desa terpelosok, dengan ruang kelas yang kurang layak, fasilitas yang kurang memadai, dan siswa yang minim.

Tahun ini, Sambang Sekolah sudah terlaksana yang ke-5 kalinya, tepatnya di SMA Plus Al-Kautsar. Berbeda dari Sambang Sekolah pada tahun-tahun sebelumnya yang menargetkan sekolah di pelosok dengan ruang kelas yang kurang layak, Sambang Sekolah kali ini, kami memilih sekolah yang lokasinya bukan di daerah pelosok, tapi di daerah yang sangat dekat dengan kota dan hampir di tengah kota, dengan gedung sekolah yang cukup besar juga sangat layak, dan fasilitas yang cukup memadai. Lokasi yang sangat strategis untuk dijangkau, dengan akses jalan yang sangat bagus, tidak sama seperti sambang sekolah tahun-tahun sebelumnya yang membutuhkan usaha dan kesabaran untuk sampai ke sekolah karena selain jaraknya yang jauh, akses jalannya terkadang juga ada yang rusak.

Berbeda dari Sambang Sekolah pada tahun-tahun sebelumnya yang menargetkan sekolah di pelosok dengan ruang kelas yang kurang layak, Sambang Sekolah kali ini, kami memilih sekolah yang lokasinya bukan di daerah pelosok, tapi di daerah yang sangat dekat dengan kota dan hampir di tengah kota

Habibur Rohman

Barangkali ini nampak bertentangan dengan standar lazimnya pemilihan Lokasi Sambang Sekolah sebelumnya, yang saya coba sedikit gambarkan sebelumnya. Namum pemilihan lokasi dekat kota ini bukan tanpa alasan. Dari Sambang Sekolah pertama hingga keempat, kami menemukan benang merah yang sama, pada permasalahan kuantitas siswa yang minim, dengan gedung layak maupun tak layak, ini selalu berdampak pada kualitas pembelajaran siswa di sekolah yang kami sambangi. Alasan lainnya kami penasaran, apakah di daerah kota ada sekolah dengan kondisi siswa yang minim dan mengalami permasalahan yang serupa? Pertanyaan itulah yang ingin kami temukan jawabannya pada Sambang Sekolah 5 ini.

Hingga akhirnya kami menemukan sekolah tersebut, dengan jumlah siswa yang minim dan ternyata kondisinya relatif sama. Dengan minimnya jumlah siswa disekolah tersebut, ternyata juga berdampak terhadap pengalaman belajar mereka, akibatnya membuat semangat belajar siswa menurun, siswa menjadi tidak percaya diri untuk berekspresi, dan khawatirnya siswa juga bisa jadi enggan untuk mencapai cita-citanya.

Kami juga mendengar keluh kesah dari guru — tentang semangat belajar siswa, sering bergurau di dalam kelas, mereka yang datang terlambat, tidak kembali saat setelah jam istirahat, bahkan menjadi rutinitas yang biasa. Hal itu juga yang menurunkan semangat dan motivasi guru dalam mengasah kreativitas mengajar di sekolah. Bahkan, cerita guru beberapa kali dia harus menunggu siswa datang dan belajar.

Mengamati masalah yang sudah kami temukan, membuat kami terdorong untuk memilih sekolah tersebut sebagai tempat untuk Sambang Sekolah 5 kali ini. Kami memulainya dengan menyusun kurikulum mandiri yang kami menyebutnya RKSS, serta metode yang relevan dengan permasalahan yang ada. Pada pertemuan pertama, kami memutuskan untuk merefleksikan kepada siswa tentang pentingnya pendidikan dengan metode yang menyenangkan, tidak lupa kami meminta siswa untuk mencatat poin-poin yang mereka temukan untuk bahan presentasi, sehingga hal itu akan nyambung pada pertemuan selanjutnya untuk melatih keberanian dan kepercayaan diri siswa berbicara di depan umum dengan banyak membaca, memperdalam topik dan materi.

Sehingga pada pertemuan selanjutnya dengan permainan yang sudah kami persiapkan untuk menggerakkan seluruh siswa, kami sedikit berhasil membuat mereka mulai berani dan percaya diri berbicara di depan umum, nampak dari antusias siswa semangat belajarnya sudah mulai kembali, mereka dengan semangat dan kerjasamanya antar kelompok berusaha untuk mendeskripsikan gambar yang sudah kami persiapkan.

Dengan melatih keberanian dan percaya diri siswa, selanjutnya kami memutuskan untuk mengasah kretivitas mereka dengan membuat ‘Pojok Baca’, di situ kami hanya menyiapkan alat dan bahan seadanya dengan petunjuk yang sudah kami jelaskan. Selanjutnya untuk eksekusi, kami membiarkan siswa dengan kelompoknya masing-masing membuat pojok baca tersebut sekreatif mungkin, dan hasilnya sungguh memuaskan, karena dengan alat dan bahan sesederhana itu, siswa bisa membuat pojok baca yang bagus walaupun sederhana.

Sebelum final episode, kami memutuskan untuk mencari tahu minat bakat dari masing-masing siswa, kami mengawalinya dengan permainan merencanakan masa depan, lalu menyusun peta mimpi 10 tahun ke depan. Maka dari situlah, minat bakat siswa mulai terlihat, lalu yang kami lakukan selanjutnya adalah memilih beberapa siswa untuk kami dorong dan dukung agar lebih berani dan percaya diri terhadap bakat mereka, agar nantinya bisa menghasilkan output yang berupa penampilan-penampilan siswa saat final episode (penutupan).

Final episode — kami tidak menyebutnya perpisahan, namun kami menyebutnya adalah berbahagia bersama. Final episode kami membuatnya semeriah mungkin, dengan persiapan sederhana namun sangat matang. Mulai dari mempersiapkan penampilan-penampilan siswa dari sebelum-sebelumnya, melatih dan mendorong siswa untuk unjuk bakatnya seberani mungkin, juga tidak lupa kami membuat pameran karya tulis siswa dan beberapa moment yang kami tangkap selama sambang sekolah.

Sangat senang rasanya kami telah cukup berhasil mengukir keberanian, kepercayaan diri, kekaguman, dan banyak senyum lebar. Terlihat dari berbagai pihak, baik ketua lembaga, para guru, para siswa, pun kami yang juga ikut senang dengan pencapaian yang sudah kami lakukan selama sambang sekolah. Final episode kami merayakannya bersama, tanpa melewatkan pihak manapun, baik pihak sekolah, pun Compok Literasi itu sendiri.

Setelah kurang lebih 3 bulan menjalani sambang sekolah 5 dengan berbagai proses dan metode yang kami bawakan, kami menyadari bahwa permasalahan pendidikan tidak melulu tentang tata letak sekolah itu dibangun. Permasalahan seperti ini juga bisa terjadi di daerah kota ataupun di desa, pun kondisi infrastruktur yang bagus atupun tidak bagus bisa saja mengalami permasalahan serupa. Yang paling penting adalah bagaimana menyikapi permasalahan tersebut.

Ketika suatu sekolah dengan kuantitas siswa yang minim, yang akibatnya berdampak pada semangat belajar siswa dan semangat mengajar guru, maka yang perlu diperbaiki adalah metode pembelajaran dalam sekolah tersebut. Metode pembelajaran yang lebih relevan dan menyenangkan akan mampu memperbaiki semangat belajar siswa yang menurun dan bisa melatih kepercayaan diri siswa. Pada akhirnya ketika semangat belajar siswa dan kepercayaan diri siswa lebih meningkat, maka semangat guru untuk mengajar juga akan terbangun kembali.

Saya sebagai Manajer Sambang Sekolah tahun ini pastinya sangat senang ketika para relawan yang bertugas tahun ini mampu menjadi solusi dalam menyikapi permasalahan yang ada di sekolah. Melihat bagaimana semangat para relawan yang terus berusaha menyisihkan waktu sibuknya, hanya untuk lebih peduli terhadap sesama manusia yang membutuhkan perhatian lebih. Mereka yang terus mencoba menggali informasi lewat individu siswa, juga mereka yang selalu berusaha melatih kepercayaan, keberanian, dan bakat siswa dengan perasaan sabar dan ikhlas. Saya yakin bahwa semua ini adalah bentuk nyata dari kebaikan hati nurani yang mampu mereka realisasikan dengan baik.

Pada akhir tulisan ini, tentunya ada harapan yang harus saya sampaikan. Bahwa sambang sekolah akan terus berjalan dengan baik, lalu akan tiba nantinya sambang sekolah akan menjadi lebih besar dari tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya, maka harapan saya adalah bagaimana nantinya orang-orang yang akan dipercayai pada tugas ini tidak akan menunggu waktu yang tepat untuk merealisasikannya, tapi bagaimana menciptakan waktu yang tepat untuk bisa berjalan dengan lebih baik selanjutnya. Berapa lama waktu yang dibutuhkan? betapa pun sulitnya waktu yang akan dijalani, itu tidak akan lama, karena kebaikan yang sempat ditekan ke bumi akan selalu bangkit kembali. How long? Not long! ‘Cause what you reap is what you sow.

Tentang Penulis
Saya Habibur Rohman. Saya lahir di Pamekasan tepatnya di Campor, kecamatan Proppo. Sedikit tentang saya, saya seorang yang pendiam, tidak mahir tersenyum, tidak begitu asik, dan yang katanya rame dari temen-temen tuh saya bermuka datar tanpa ekspresi. Mari kenal lebih dekat dengan saya di akun instagram @itsbibb

seorang yang pendiam, tidak mahir tersenyum, tidak begitu asik, dan yang katanya rame dari temen-temen tuh saya bermuka datar tanpa ekspresi. Mari kenal lebih dekat dengan saya di akun instagram @itsbibb


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *